Karya: Budi Hardjono
1:33,28/03/2016
Sedulurku
tercinta,keindahan alam di Nusantara ini mengajarkan dalam banyak hal
sebagaimana tercermin pada warna peradabannya.Misalnya masakan,pada satu sini
ditentukan oleh kekayaan bahan rempah,namun pada sisi lain karena lidah orang
Nusantara ini “lidah orkestra”,yang bisa begitu banyak mencercap dunia
rasa.Dalam musik juga demikian,orkestra Gamelan adalah musik paling banyak
jumlah alatnya dan ini bergandengan dengan telinga yang memang
orkestratif.Bunga dengan bejibun keragamannya pun berkenaan dengan hidung orang
Nusantara yang orkestratif mencercap aroma.Budayanya pun demikian,pada
masing-masing daerah memiliki model sendiri-sendiri.Dan lagi,kekayaan dan
keindahan alam ini pun melahirkan lukisan,dan lukisan ini pun dipakai oleh
orang Nusantara dalam wujud busana “Batik”.
Batik,merupakan budaya
asli Nusantara yang memiliki motif dengan keragaman hias sebagai simbol yang
memiliki maksud,alasan,atau tujuan tertentu. Hal ini pernah saya diskusikan
dengan Kang Budi Mulyawan dan Kang Aji Haqqani,bahkan
Kang Budi ini mengemukakan bahwa dia mau pulang ke Pekalongan untuk meneliti
soal Batik,dan membikin kelembagaan untuk itu.Ternyata soal itu benar-benar
dilakukan,terbukti ketika saya melatih Tari Sufi di Weleri dikasih buku tulusan
Kang Budi Dkk dari mBak Shuniyya Ruhama,yang ahli dibidang Batik
tingkat Nasional.Dua hal yang sudah sampai saya dari Kang Budi,pertama Batik
yang dikemas dalam bingkai,seperti lukisan.Dan yang kedua,buku Rembug Batik,melalui
mBak Shuniyya itu.
Batik,sehubungan dengan
apresiasi yang ada sekarang ini,malah semakin marak,namun dibalik kemarakannya
ini masih ada banyak kendala yang perlu kita atasi bersama.Karena Batik yang
dikukuhkan sebagai warisan budaya ini tidak sekedar hanya sebagai busana
bernilai ekonomi,namun juga mengandung nilai budaya yang simbolik.Sebagai
generasi muda,Kang Budi ini menulis reportase melalui Rembug Batik,sebagai
proses menggali kembali budaya lisan yang masih selamat.Budaya lisan ini ternyata
dipandangnya memiliki kekuatan besar dalam menyelamatkan fakta dan data.
Kawan-kawan,Batik
membutuhkan bahan-bahan pelengkap untuk memprosesnya,dan itu sebenarnya bisa
diatasi secara mandiri di negri ini,akan tetapi sementara ini masih banyak
bahan yang bergantung kepada “impor”,sehingga menjadi terkesan mahal.Padahal
dibalik prosesnya itu,uang teramat lemah dibanding dengan buah karya Batik
ini,kita sendiri harus mengapresiasi.Besok tanggal 23 Pebruari 2016,setelah
saya “sowan” Habib Lhuthfi akan saya cari,dimana Kang Budi berada,tentu di
tempat yang direncanakan dulu,di cakruk Batik yang dia impikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar