Karya: Budi Hardjono
1:33,28/03/2016
Sedulurku
tercinta,sebagaimana saya tulis dalam catatan sebelumnya dalam hal lagu
“sluku-sluku bathok”,dimana banyak versi.Maka sebagai pengkayaan ilmu,perlu
kita sambangi versi yang lain itu.”Sluku-sluku bathok”,ada yang bersal dari
“ghuslu-ghuslu bathnaka”,yang artinya bersihkanlah batinmu.”Bathoke
ela-elo”,ini berasal dari “Bathnaka lailaha illah”,yang artinya batin yang
musti ditempuh dengan kalimah “Lailaha Illallah”,tiada Tuhan selain Gusti
Allah.”Si rama menyang solo”,ini berasal dari “sirru man ma’a man
sholla”,berjalanlah bersama dengan orang yang bershalawat.Bershalawat dengan
cara “kinthil” sama Gusti Kanjeng Nabi Muhammad saw.Untuk apa? Untuk memperoleh
cintanya Gusti Allah dan ampunanNya.
Dua hal di atas sungguh
amat penting kaitannya dengan diri kita,soalnya setiap kita merasa rendah hati
bahwa amal baik kita tidak seberapa,bila dihubungkan dengan harapan sorga maka
tidaklah layak.Pada sisi lain,dosa kita banyaknya tak terhingga bagai pasir di
pantai,namun betapa lemah diri bisa ancaman neraka itu tiba,tidak kuat.Tangis
ini dikidungkan oleh Syeikh Abu Nuwas atau Abu Nawas:Ilahilastu Lil Firdausi
Ahla,Wala Aqwa Alannaril Jahimi.Senada dengan ini,jauh sebelumnya Nabi Adam as
juga menangis dengan doanya:Robbna Dholamna Anfusana Wainlam Taghfirlana
Watarhamna Lanakunanna Minal Khosirin.Kedaaan inilah yang menjadikan kita musti
menapaki jalan dengan “ittiba’” Rasul,karena rahmat dua hal itu turun dengan jalan
ini.Qul Inkuntum Tuhibbunallaha Fattabi’uni Yuhbib Kumullah Wayaghfirlaku
Dzunubakum,Wallahu Ghafururrahim.
“Lailaha Illallah Hayun
wa Mautun”,ini menjadi “oleh-olehe payung munto”,kalimah thayyibah itu musti
dibawa dalam hidup sampai mati.”Mak jenthit lolobah”,ini menjadi “Man dzalika
muqorrobah,” Orang yang selalu membawa kalimah thayyibah itu merupakan bentuk
“ndepe-dephe” atau “taqarrub”.”Wong mati ora obah”,ini berasal dari “Hayyun wa
Mautun Inna lillah”,yang artinya bahwa hidup dan mati itu semua dikembalikan
kepada Gusti Allah.”Nek obah medeni bocah”,ini bersal dari “Mahabbah Makhrajahu
Taubah”,yang berarti bahwa jalan mahabbah itu diawali dengan cara bertaubat,hal
ini sebagai “gladi bersih” dalam suluk.”Yen urip goleko duwit”,ini berasal dari
“Yasrif,Inna kholaqnal insana min dafiq”,yang artinya bahwa Mahabbah itu sebuah
kemulyaan hidup,dimana manusia yang bersal dari “mani” yang wujudnya hina namun
menjadi mulya karena menjelma Cinta.
Kawan-kawan,menyampaikan
sebuah nilai atau nasehat melalui perpaduan peradaban ini merupakan “jalan
damai” yang lebih bisa diterima oleh masyarakat,karena cara ini merupakan
bentuk “pelaminan peradaban”,yang menjadi “win-win solution” dalam
tawar-menawar nilai pada kehidupan,dimana dan kapan saja.Dan di Nusantara,hal
demikian sudah berjalan dalam sejarah yang teramat panjang,sehingga Islam
Nusantara bukan hasil dari pengembangan melalui peperangan,namun melalui
persuasi budaya,yang sangat lembut rasanya.Inilah rahasianya,di Nusantara tidak
gampang disulut perpecahan atau api peperangan karena memang pondasi masyarakat
tidak dihasilkan dari ekspansi perang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar