Minggu, 27 Maret 2016

Batik Cinta

Karya: Budi Hardjono
1:33,28/03/2016
Sedulurku tercinta,keindahan alam di Nusantara ini mengajarkan dalam banyak hal sebagaimana tercermin pada warna peradabannya.Misalnya masakan,pada satu sini ditentukan oleh kekayaan bahan rempah,namun pada sisi lain karena lidah orang Nusantara ini “lidah orkestra”,yang bisa begitu banyak mencercap dunia rasa.Dalam musik juga demikian,orkestra Gamelan adalah musik paling banyak jumlah alatnya dan ini bergandengan dengan telinga yang memang orkestratif.Bunga dengan bejibun keragamannya pun berkenaan dengan hidung orang Nusantara yang orkestratif mencercap aroma.Budayanya pun demikian,pada masing-masing daerah memiliki model sendiri-sendiri.Dan lagi,kekayaan dan keindahan alam ini pun melahirkan lukisan,dan lukisan ini pun dipakai oleh orang Nusantara dalam wujud busana “Batik”.
Batik,merupakan budaya asli Nusantara yang memiliki motif dengan keragaman hias sebagai simbol yang memiliki maksud,alasan,atau tujuan tertentu. Hal ini pernah saya diskusikan
dengan Kang Budi Mulyawan dan Kang Aji Haqqani,bahkan Kang Budi ini mengemukakan bahwa dia mau pulang ke Pekalongan untuk meneliti soal Batik,dan membikin kelembagaan untuk itu.Ternyata soal itu benar-benar dilakukan,terbukti ketika saya melatih Tari Sufi di Weleri dikasih buku tulusan Kang Budi Dkk dari mBak Shuniyya Ruhama,yang ahli dibidang Batik tingkat Nasional.Dua hal yang sudah sampai saya dari Kang Budi,pertama Batik yang dikemas dalam bingkai,seperti lukisan.Dan yang kedua,buku Rembug Batik,melalui mBak Shuniyya itu.
Batik,sehubungan dengan apresiasi yang ada sekarang ini,malah semakin marak,namun dibalik kemarakannya ini masih ada banyak kendala yang perlu kita atasi bersama.Karena Batik yang dikukuhkan sebagai warisan budaya ini tidak sekedar hanya sebagai busana bernilai ekonomi,namun juga mengandung nilai budaya yang simbolik.Sebagai generasi muda,Kang Budi ini menulis reportase melalui Rembug Batik,sebagai proses menggali kembali budaya lisan yang masih selamat.Budaya lisan ini ternyata dipandangnya memiliki kekuatan besar dalam menyelamatkan fakta dan data.
Kawan-kawan,Batik membutuhkan bahan-bahan pelengkap untuk memprosesnya,dan itu sebenarnya bisa diatasi secara mandiri di negri ini,akan tetapi sementara ini masih banyak bahan yang bergantung kepada “impor”,sehingga menjadi terkesan mahal.Padahal dibalik prosesnya itu,uang teramat lemah dibanding dengan buah karya Batik ini,kita sendiri harus mengapresiasi.Besok tanggal 23 Pebruari 2016,setelah saya “sowan” Habib Lhuthfi akan saya cari,dimana Kang Budi berada,tentu di tempat yang direncanakan dulu,di cakruk Batik yang dia impikan


Tidak ada komentar: