Minggu, 27 Maret 2016

Pelaminan Cinta

Karya: Budi Hardjono
1:33,28/03/2016
Sedulurku tercinta,sebagaimana saya tulis dalam catatan sebelumnya dalam hal lagu “sluku-sluku bathok”,dimana banyak versi.Maka sebagai pengkayaan ilmu,perlu kita sambangi versi yang lain itu.”Sluku-sluku bathok”,ada yang bersal dari “ghuslu-ghuslu bathnaka”,yang artinya bersihkanlah batinmu.”Bathoke ela-elo”,ini berasal dari “Bathnaka lailaha illah”,yang artinya batin yang musti ditempuh dengan kalimah “Lailaha Illallah”,tiada Tuhan selain Gusti Allah.”Si rama menyang solo”,ini berasal dari “sirru man ma’a man sholla”,berjalanlah bersama dengan orang yang bershalawat.Bershalawat dengan cara “kinthil” sama Gusti Kanjeng Nabi Muhammad saw.Untuk apa? Untuk memperoleh cintanya Gusti Allah dan ampunanNya.
Dua hal di atas sungguh amat penting kaitannya dengan diri kita,soalnya setiap kita merasa rendah hati bahwa amal baik kita tidak seberapa,bila dihubungkan dengan harapan sorga maka tidaklah layak.Pada sisi lain,dosa kita banyaknya tak terhingga bagai pasir di pantai,namun betapa lemah diri bisa ancaman neraka itu tiba,tidak kuat.Tangis ini dikidungkan oleh Syeikh Abu Nuwas atau Abu Nawas:Ilahilastu Lil Firdausi Ahla,Wala Aqwa Alannaril Jahimi.Senada dengan ini,jauh sebelumnya Nabi Adam as juga menangis dengan doanya:Robbna Dholamna Anfusana Wainlam Taghfirlana Watarhamna Lanakunanna Minal Khosirin.Kedaaan inilah yang menjadikan kita musti menapaki jalan dengan “ittiba’” Rasul,karena rahmat dua hal itu turun dengan jalan ini.Qul Inkuntum Tuhibbunallaha Fattabi’uni Yuhbib Kumullah Wayaghfirlaku Dzunubakum,Wallahu Ghafururrahim.
“Lailaha Illallah Hayun wa Mautun”,ini menjadi “oleh-olehe payung munto”,kalimah thayyibah itu musti dibawa dalam hidup sampai mati.”Mak jenthit lolobah”,ini menjadi “Man dzalika muqorrobah,” Orang yang selalu membawa kalimah thayyibah itu merupakan bentuk “ndepe-dephe” atau “taqarrub”.”Wong mati ora obah”,ini berasal dari “Hayyun wa Mautun Inna lillah”,yang artinya bahwa hidup dan mati itu semua dikembalikan kepada Gusti Allah.”Nek obah medeni bocah”,ini bersal dari “Mahabbah Makhrajahu Taubah”,yang berarti bahwa jalan mahabbah itu diawali dengan cara bertaubat,hal ini sebagai “gladi bersih” dalam suluk.”Yen urip goleko duwit”,ini berasal dari “Yasrif,Inna kholaqnal insana min dafiq”,yang artinya bahwa Mahabbah itu sebuah kemulyaan hidup,dimana manusia yang bersal dari “mani” yang wujudnya hina namun menjadi mulya karena menjelma Cinta.
Kawan-kawan,menyampaikan sebuah nilai atau nasehat melalui perpaduan peradaban ini merupakan “jalan damai” yang lebih bisa diterima oleh masyarakat,karena cara ini merupakan bentuk “pelaminan peradaban”,yang menjadi “win-win solution” dalam tawar-menawar nilai pada kehidupan,dimana dan kapan saja.Dan di Nusantara,hal demikian sudah berjalan dalam sejarah yang teramat panjang,sehingga Islam Nusantara bukan hasil dari pengembangan melalui peperangan,namun melalui persuasi budaya,yang sangat lembut rasanya.Inilah rahasianya,di Nusantara tidak gampang disulut perpecahan atau api peperangan karena memang pondasi masyarakat tidak dihasilkan dari ekspansi perang


Tidak ada komentar: